Stasiun Probolinggo

Stasiun Probolinggo (kode: PB, +5 m) merupakan stasiun kereta api kelas I yang berada di Jl. KH. Mas Mansyur No. 26, Mayangan, Mayangan, Probolinggo, Jawa Timur yang menghubungkan antara Stasiun Banyuwangi Baru dan Stasiun Surabaya Gubeng. Melayani baik kereta api kelas ekonomi maupun kelas bisnis-eksekutif. Stasiun ini dioperasikan oleh Daerah Operasi IX Jember. Stasiun ini memiliki 6 jalur dengan jalur 2 sebagai sepur lurus, tetapi hanya 4 jalur yang digunakan.
Stasiun ini dibangun pada akhir abad ke-19. Pada pembangunannya, peletakan stasiun ini sesuai dengan tata ruang kotanya. Stasiun ini terletak di ujung utara Jl. Suroyo, yang dahulu merupakan jalan
utama kota. Dekat stasiun ini terdapat pelabuhan dan alun-alun. Jalur rel dari timur stasiun ini membelok ke selatan. Sebelum perlintasan di Jl. Panglima Soedirman, terdapat bekas Stasiun Jati. Dari sini, dahulu terdapat percabangan jalur yang akan berakhir di Paiton. Jalur tersebut digunakan untuk pengangkutan tebu. Sekarang sudah tak dipergunakan lagi. Dulu juga ada percabangan ke pelabuhan Probolinggo untuk digunakan oleh kereta pengangkut BBM PT Kertas Leces, tetapi sekarang juga sudah tidak digunakan lagi dan sebagian jalur yang melintang di jalan telah tertutup aspal.

Detail dan sejarah
Pembangunan Stasiun Probolinggo diawali dari pembangunan jalur rel kereta api dari Surabaya ke Pasuruan sepanjang 63 km dan Selesai dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS) pada tahun 1878. Kemudian, jalur tersebut diperpanjang ke Probolinggo kira-kira sepanjang 40 km pada tahun 1884. Setelah itu, pada tahun 1895, rel kereta api disambung kembali dari Probolinggo menuju Klakah. Itulah sebabnya, oleh Belanda dibangun sebuah stasiun yang berada di Probolinggo.
Bangunan stasiun yang berdiri saat ini merupakan bangunan yang relatif baru sebagai hasil perbaikan atau renovasi yang dilakukan oleh PT KAI pada tahun 2013-2014 seiring dengan ditetapkannya bangunan stasiun ini sebagai bangunan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Probolinggo pada tahun 2013. Meskipun demikian, bentuknya tidak jauh berbeda dengan bentuk aslinya yang dibangun pada awal abad ke-20, yaitu menggunakan gaya arsitektur barat yang minimalis. Gaya arsitektur barat menonjolkan baik interior maupun eksteriornya. Banyak menggunakan bentuk lengkung dan juga pencahayaannya yang alami. Hal itu dapat dilihat dari bentuk bangunan yang tinggi dan terdapat ventilasi di atasnya. ( wikipedia )