Stasiun Tasikmalaya (kode : TSM) adalah stasiun utama yang berada di Kota Tasikmalaya. Stasiun yang berketinggian +349 dpl terletak di Jalan Stasiun No.8 Kelurahan Lengkongsari, Kecamatan Tawang. Stasiun Tasikmalaya berada di bawah naungan PT.Kereta Api Indonesia Daerah Operasi II Bandung yang merupakan salah satu Stasiun Besar
di Daerah Operasi II Bandung stasiun besar lainnya adalah Stasiun Bandung dan Stasiun Kiaracondong. Pada tahun 1990-an kereta yang berhenti di stasiun ini hanya kereta ekonomi saja, tapi setelah Tasikmalaya menjadi kota administratif pada awal tahun 2000-an, kota ini menjadi kota termaju dan berkembang paling pesat di Priangan Timur. Maka sejak itu kereta kelas eksekutif, bisnis dan ekonomi pun berhenti di stasiun ini untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.
Sejarah Stasiun
Berdirinya Stasiun
Stasiun Tasikmalaya didirikan sekitar tanggal 20 Mei 1967 . Peletakan batu pertama oleh kepala stasiun R.Sukardjo yang menjabat stasiun pada saat itu.
Suasana Stasiun Tasikmalaya Tempo Dulu
------
Jalur Kereta Dalam kota
Dari stasiun Tasikmalaya, selain rel arah timur menuju Ciamis, Banjar, Kroya, dan ke Barat menuju Ciawi, Leles, Bandung, ada jalur yang mengarah ke selatan. Masuk membelah kota Tasikmalaya, melalui Jl. Cimulu, Jl. Pasar Kolot (Sekarang Dr. Sukarjo), Mesjid Agung, Jl. Yudanegara, terus menerobos pasar utama kota Tasik yang sekarang sebagian sudah menjadi Plaza. Terus menuju daerah Gunung Pereng, Jl. Cihideung Balong, Jl. Singaparna (sekarang Jl. KH. Zainal Mustofa/ jalur Hijau), mengarah ke daerah Padayungan belok kanan ke Sambong (sekarang Jl. SL. Tobing) menuju Mangkubumi, Cikunir dan akhirnya Singaparna.
Bila digambarkan, rel yang terbentang antara Stasiun Tasikmalaya sampai di daerah Padayungan menyerupai huruf S. meliuk-liuk di dalam kota Tasik. Pada awalnya sejak zaman Jepang, jalur ini sudah ada. Namun pada zaman perjuangan, jembatan Cikunir sempat diputus dalam rangka perjuangan, sehingga terukir dalam sejarah beberapa pahlawan dalam perlawanan ini. Jembatan ini pernah tersambung kembali, tapi hanya aktif sekitar sampai tahun 60an. Walaupun begitu rute Stasiun Tasikmalaya sampai dengan Padayungan masih tetap aktif sampai dengan tahun 70an. Karena pada zaman itu Padayungan selain menjadi stasiun ke dua terbesar di Tasik (mempunyai sekitar 5-6 jalur untuk langsir dan pergudangan yang besar), juga adalah sebagai terminal batu bara yang ditambang dari daerah Sukaraja (terletak di Selatan kota tasik menuju pantai Cipatujah) yang memang penghasil batu bara. Selain itu rute dalam kota ini juga merupakan rute untuk mensuplai kebutuhan sandang pangan yang dikirim dari luar kota menuju pusat ekonomi, Pasar Utama Kota Tasik. Sehingga jalur ini dibangun selain untuk suplai batu bara, juga untuk jalur ekonomi dari kota Tasikmalaya sampai Singaparna. ( id.wikipedia )